Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) meyakini patokan BI 7-day reverse repo rate (BI7DRRR) cukup menjaga stabilitas perekonomian. Padahal pasar keuangan saat ini sedang mengalami gejolak akibat situasi global, khususnya Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destri Damayanti pada seminar nasional “Kebijakan Promosi Likuiditas Makroprudensial” (KLM) di Jakarta, Senin (10 April 2023).
“Kami menggunakan kebijakan moneter dengan suku bunga, kami menggunakan GWM untuk menjamin stabilitas karena kami tahu masih akan ada gejolak di masa depan, apalagi dampak tingginya suku bunga akan terasa pada tahun 2024 di negara maju karena berbagai faktor. Oleh karena itu, kami akan terus menjaga stabilitas,” jelasnya.
Sekadar informasi, dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG) tanggal 20-21 September 2023, diputuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga deposito sebesar 5,00 % dan tingkat bunga pinjaman. Tingkat bunga pinjaman adalah 6,50%.
“Kami belum pernah bermain-main dengan suku bunga sejak terakhir kali kami menaikkannya sebesar 225 bps. Kami menilai angka tersebut cukup untuk menjaga inflasi kita tetap stabil, namun di satu sisi cukup untuk merangsang pertumbuhan kredit karena kami melihat likuiditas masih kuat,” kata Destry.
BI juga bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran.
“Kami terus meningkatkan kualitas agar masyarakat bertransaksi lebih aman dan nyaman, hal ini terlihat pada transaksi melalui digital banking atau uang elektronik dan lain sebagainya. Pertumbuhannya terus luar biasa, bahkan pemakaian QRIS kini mencapai 29 juta, untuk merchant angkanya sekitar 26 juta, sehingga “transaksi online terlihat bagus,” jelasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel berikutnya
Pertahankan suku bunga utama di 5,75% adalah alasan BI!
(pengusir hama/pengusir hama)
Quoted From Many Source