Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terkoreksi pada awal sesi perdagangan Senin (02/10/2023), mengganggu penguatan perdagangan pada pekan lalu.
Meluncurkan Refinitif Harga CPO pada sesi pertama perdagangan turun 1,01% di posisi pada RM3.729 per ton pada pukul 10:00 WIB. Dengan demikian, harga CPO saat ini berada di level 3.700 didukung penguatan pada pekan lalu.
Pada lelang Jumat (29/9/2023) Harga CPO turun 0,11% menjadi RM3.767 per ton. Harga CPO naik 2,34% selama sepekan terakhir, mematahkan penurunan tiga pekan berturut-turut sejak perdagangan September lalu. Sedangkan secara bulanan, harganya masih turun 6,06% dan terkoreksi tajam hingga mencapai 9,75% year-on-year.
Koreksi harga CPO terjadi karena Bursa Komoditas Dalilan ditutup hingga 6 Oktober karena libur Festival Pertengahan Musim Gugur dan Hari Nasional. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 0,04%. Dia harus bisa menaikkan harga.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh perubahan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati global.
Selain itu, peningkatan ekspor dari Indonesia dan Malaysia seharusnya berdampak positif pada harga CPO. Namun, pagi ini harga justru urung naik.
Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, mengekspor 3,52 juta ton minyak, termasuk produk olahannya, pada bulan Juli, naik 21,8% dibandingkan tahun lalu.
Indonesia juga menetapkan harga acuan minyak sawit mentah sebesar US$827,37 per metrik ton untuk periode 1 hingga 15 Oktober, naik dari US$798,83 per ton pada periode 15 hari sebelumnya.
India kemungkinan akan memulai tahun pemasaran 2023/24 dengan rekor stok minyak nabati, sehingga menyebabkan penurunan impor pada musim baru.
Harga minyak sawit mentah pada tahun 2024 kemungkinan akan naik rata-rata setidaknya 11% dari tahun ini karena kondisi cuaca El Niño diperkirakan akan menurunkan produksi di negara produsen utama, Indonesia.
Menurut Refinitiv Commodities Research, perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia akan mengalami cuaca hangat dan kering, sehingga tidak menguntungkan produksi kelapa sawit.
Namun, produksi minyak sawit Malaysia kemungkinan akan meningkat tahun depan dengan lebih banyak pekerja dan perkebunan yang siap panen untuk mengimbangi dampak El Niño.
Surveyor kargo Intertek Testing Services mengatakan ekspor produk minyak sawit Malaysia naik 17,5% antara tanggal 1 dan 25 September dibandingkan dengan periode yang sama di bulan Agustus. Sementara itu, perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia mengatakan ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-25 September naik 15,2% dibandingkan 1-25 Agustus.
RISET CNBC INDONESIA
[email protected]
Penolakan tanggung jawab: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berdasarkan pandangan Riset CNBC Indonesia. Analisis ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembaca membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada di tangan pembaca dan kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan ini.
Artikel selanjutnya
Harga CPO naik 1%, semoga tidak turun lagi
(mengaum/mengaum)
Quoted From Many Source