Rupee masih tertekan menjelang data inflasi AS

Uncategorized178 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupee terhadap dolar AS terlihat mulai menguat secara marginal namun masih cukup rentan melemah kembali di tengah meningkatnya tekanan eksternal akibat penurunan inflasi di AS.

Berdasarkan data Refinitiv, mata uang Garuda ditutup pada level Rp15.690 per dolar AS kemarin, Rabu (10/11/2023), menguat 0,25% secara harian dan menembus pelemahan dua hari berturut-turut.

Meski menguat, namun secara keseluruhan trennya masih melemah, diduga akibat sejumlah tekanan eksternal yang masih memanas. Sebut saja inflasi, AS menerima data Inflasi Produsen (PPI) September 2023 tadi malam.

Secara bulanan, indeks harga produsen bulan September turun menjadi 0,5% dari 0,7% pada bulan sebelumnya, namun masih di atas perkiraan pasar sebesar 0,3%. ekspektasi sebesar 1,6%.

Malam ini, data inflasi konsumen (CPI) diharapkan menjadi data penting yang dapat menjadi masukan bagi keputusan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), di masa depan.

Sebagai informasi, inflasi AS per September 2023 diperkirakan akan meningkat secara tahunan sebesar 3,6%, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,7%. Sementara itu, inflasi inti AS diperkirakan turun menjadi 4,1% tahun-ke-tahun, turun dari sebelumnya 4,3% tahun-ke-tahun.

Secara keseluruhan, perkiraan tersebut masih jauh di atas target The Fed yaitu sekitar 2%, sebuah target yang tampaknya mustahil dicapai tahun ini. Saat ini, fokusnya adalah pada ekspektasi pasar: jika inflasi naik lebih lambat, pelaku pasar harus waspada. Pasalnya, inflasi yang masih tinggi akan memaksa The Fed untuk tetap hawkish.

Di sisi lain, masih ada sejumlah senjata yang tersedia di dalam negeri yang diharapkan dapat menopang rupee di masa depan. Bahkan mata uang Garuda diyakini bisa menguat hingga Rp 15.000 per dolar AS.

Baca Juga  Harga Minyak Dunia Naik, Akankah Emas Pulih?

Hal tersebut diumumkan oleh Ekonom Senior UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja pada konferensi UOB Gateway to ASEAN 2023 pada Rabu (10/11/2023).

“Neraca eksternal dan neraca Indonesia tetap kuat, net FDI dan surplus transaksi berjalan menciptakan lingkungan yang cukup stabil bagi rupiah, dan tahun depan kami memperkirakan rupiah akan kembali turun di bawah Rp15.000,” kata Enrico.

Salah satu instrumen Devisa Hasil Ekspor (DHE) Bank Indonesia (BI) untuk stabilitas rupiah diperkirakan mulai memberikan dampak. Sebagai informasi, bank pemerintah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan kenaikan perolehan devisa hasil ekspor (DHE) pada Agustus 2023 sebesar 66% dibandingkan Juni 2023. Seperti diketahui, BNI merupakan salah satu bank yang ditunjuk untuk menempatkan deposito berjangka penerimaan devisa hasil ekspor.

Direktur Utama BNI Roik Tumilaar menjelaskan, total DHE yang dihimpun terdiri dari berbagai bentuk seperti deposito, escrow, giro, tabungan, dan deposito valas.

“Pada tahap awal ini, kami melihat minat eksportir untuk menggunakan produk perbankan dalam negeri seperti penjaminan dan pinjaman terjamin semakin baik, sehingga ini menjadi layanan yang bisa kami perkuat ke depan,” ujarnya dalam keterangan tertulis. Senin (09/10/2023).

Pemerintah memiliki kebijakan minimal 30% DHE harus disimpan di sistem keuangan Indonesia untuk jangka waktu minimal tiga bulan, sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 36 Tahun 2023. Aturan ini mulai berlaku pada 1 Agustus 2023 dan akan berlaku. untuk ekspor barang hasil usaha, pengelolaan, dan/atau pengolahan sumber daya alam (SDA).

Teknis Rupee

Secara teknikal rupee masih dalam tren pelemahan meski sempat terjadi penguatan tipis pada grafik 1-jam hingga tembus ke bawah garis rata-rata 20 jam atau moving average 20 (MA20). Dengan demikian, penutupan posisi pada perdagangan kemarin menjadi ujian bagi garis MA selanjutnya yaitu MA50.

Baca Juga  Harga saham naik signifikan, BEI menelusuri dua dampak tersebut

Garis MA50 di harga Rp 15.680/USD merupakan posisi support selanjutnya yang berpotensi diuji dalam jangka pendek. Posisi ini juga bisa dijadikan target perolehan. Namun, dengan tren yang lebih besar yang masih melemah, kita masih perlu mencermati potensi target harga turun berikutnya di Rp 15.730/USD, yang bertepatan dengan harga tertinggi yang diuji pada Selasa (10/10/2023).




Foto: Tradingview
Pergerakan rupee terhadap dolar AS

RISET CNBC INDONESIA
[email protected]

Penolakan tanggung jawab: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berdasarkan pandangan Riset CNBC Indonesia. Analisis ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembaca membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada di tangan pembaca dan kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul akibat keputusan ini.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel selanjutnya

Ketika tensi politik meningkat, apakah rupee akan terus menguat?

(tsn/tsn)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *