Pembukaan kembali IHSG tidak berhasil. Akankah ini menjadi akhir pekan yang menyedihkan?

Uncategorized18 Dilihat


Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka melemah pada perdagangan sesi I Jumat (26 April 2024) di tengah memburuknya sentimen pasar global.

Pada pembukaan sesi hari ini, IHSG dibuka melemah 0,11% ke level 7.147,33. Empat menit setelah pembukaan, IHSG terkoreksi terus naik hingga melemah 0,35% ke 7.130,24.

Nilai transaksi indeks pada awal sesi hari ini mencapai sekitar Rp 783 miliar dengan volume transaksi 1,1 miliar lembar saham dan transaksi diselesaikan sebanyak 56.892 kali.

IHSG cenderung melemah di tengah memburuknya sentimen pasar global. Hal ini terjadi setelah Amerika Serikat (AS) merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2024.

Perekonomian AS diketahui hanya tumbuh sebesar 1,6% secara tahunan pada kuartal pertama tahun 2024, turun dari 3,4% pada kuartal sebelumnya dan di bawah perkiraan sebesar 2,5%. Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak krisis ekonomi. paruh pertama tahun 2022. Setelah.

Pelemahan ekonomi ini bisa menjadi sinyal bahwa dampak pengetatan suku bunga sudah mulai terasa pada perekonomian AS. Namun data lain menunjukkan sebaliknya. Salah satunya tercermin pada data klaim pengangguran mingguan yang kembali turun menjadi 207.000 pada pekan yang berakhir 20 April 2024, turun dibandingkan minggu sebelumnya sebanyak 212.000 klaim.

Penurunan klaim pengangguran menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat. Hal ini kemudian semakin mengurangi ekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) akan mulai menurunkan suku bunganya pada tahun ini.

Dari dalam negeri Tekanan jual di pasar obligasi tampaknya masih terus berlanjut menyusul kenaikan tajam imbal hasil (yield) obligasi Indonesia bertenor 10 tahun.

Berdasarkan data Refinitif Yield obligasi acuan Indonesia bertenor 10 tahun mencapai 7,12% pada penutupan kemarin, Kamis (25 April 2024). Ini merupakan posisi tertinggi sejak 27 Oktober 2023 atau enam bulan terakhir.

Baca Juga  Mitra Investindo (MITI) menandatangani perjanjian kerjasama pendirian perusahaan EBT

Perhatikan bahwa dalam obligasi, imbal hasil dan harga bergerak berlawanan arah. Jika imbal hasil naik, harga turun karena banyak investor yang menjual.

Kenaikan imbal hasil ini bisa dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari melemahnya rupee hingga meningkatnya beban bunga utang pemerintah.

Kenaikan imbal hasil SBN 10 tahun sejalan dengan data US Treasury, dimana imbal hasil SBN 10 tahun juga melonjak menjadi 4,564% dari 4,598% pada awal pekan ini. Jika imbal hasil Treasury AS terus meningkat, maka memanen SC juga akan merayap naik.

RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

Artikel berikutnya

Cetak rekor ATH baru! Saham IHSG melonjak hampir 1% menjadi 7.348,52.

(bhd/bhd)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *