Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah stagnan terhadap dolar AS setelah dana asing keluar dari Indonesia baik di pasar surat berharga negara (SBN) maupun pasar saham pada pekan lalu.
Laporan dari RefinitifRupiah dibuka pada Rp15.690 per dolar AS atau stabil di level 0,00%. Meski perdagangan dibuka flat, mata uang Garuda melemah 0,06% dalam waktu kurang dari satu menit hingga hampir mencapai level psikologis Rp 15.700 per dolar AS.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) pada pukul 08.53 WIB melemah tipis 0,06% ke level 105,79. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Jumat lalu (11/10/2023) yang berada di 105,86.
Pada hari ini (13/11/2023) belum ada sentimen signifikan baik dari dalam maupun luar negeri karena belum ada data yang dirilis yang berdampak cukup besar, sehingga diharapkan pasar tidak mengalami pergerakan harga yang terlalu fluktuatif pada hari ini.
Namun Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, berdasarkan data transaksi 6-9 November, terjadi capital outflow karena investor asing melakukan aksi jual bersih di pasar keuangan domestik sehingga mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp1,27 triliun (penjualan bersih Rp1,59 triliun). ). di pasar SBN terjadi net sell Rp 1,27 triliun (0,35 triliun di pasar saham dan net buy Rp 1,66 triliun di SRBI).
Selain itu, sebagai informasi, pada kuartal III tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 4,94% year-on-year (y-o-y). Laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hanya naik 1,60% kuartal ke kuartal dibandingkan kuartal kedua tahun 2023 yang sebesar 5,17% tahun ke tahun. Dan angka tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan III tahun 2022 yang mencapai 5,73% (YoY).
Tidak sampai disitu saja, sentimen kurang baik terlihat dari cadangan devisa (Kadev) Indonesia yang terus menurun. Nilainya turun menjadi US$133,1 miliar pada Oktober 2023 dari US$134,9 miliar pada September 2023.
Penurunan posisi cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pelunasan utang luar negeri pemerintah dan perlunya stabilisasi nilai tukar rupee sebagai upaya mencegah dampak limpahan (spillover effect) akibat meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Sementara itu, dari luar negeri, Ketua Bank Sentral AS (Fed) Jerome Powell mengatakan inflasi sulit mencapai targetnya sehingga membuka peluang kembali melakukan pengetatan kebijakan. Pernyataan tersebut memupuskan harapan pelaku pasar yang menilai lemahnya data ketenagakerjaan AS sebagai indikator pelonggaran kebijakan The Fed.
Hasilnya, alat FedWatch menunjukkan kepada 14,1% pelaku pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Sementara persentase yang lebih besar yakni 26% pelaku pasar justru meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga pada Januari 2024 menjadi 5,50-5,75%.
RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel berikutnya
Inilah harga beli dan jual nilai tukar rupee di kantor tukar.
(v/v)
Quoted From Many Source