BI kembali menahan suku bunga, ini keputusan akhir

Uncategorized243 Dilihat


Jakarta, CNBC Indonesia – Pasca Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada Desember 2023, kembali diputuskan untuk mempertahankan suku bunga dasar sebesar 6,00%, suku bunga deposito sebesar 5,25%, dan suku bunga kredit sebesar 6,75%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan keputusan tersebut adalah untuk terus menjaga konsistensi kebijakan moneter BI untuk mendukung stabilitas perekonomian (demi stabilitas), terutama untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupee, serta langkah-langkah proaktif dan berwawasan ke depan untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada tahun 2024.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20-21 Desember 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%, kata Perry saat konferensi pers di kantornya di Jakarta, Kamis (21/12/2023).

Perry juga menyoroti, pada rapat bulan ini juga diputuskan untuk menggunakan istilah BI rate sebagai suku bunga kebijakan, bukan BI repo rate 7 hari (reverse). Tujuannya hanya untuk memperkuat komunikasi kebijakan moneter.

Dia menegaskan, perubahan nama ini tidak mengubah arti dan tujuan BI-Rate sebagai jurus kebijakan moneter Bank Indonesia, dan operasionalisasinya tetap mengacu pada operasi reverse repo tujuh hari Bank Indonesia.

Selain kebijakan suku bunga yang pro stabilitas, Perry juga menyoroti bahwa pada bulan ini RDG juga kembali memutuskan kebijakan makroprudensial dan sistem fixed charge yang pro pertumbuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Penerapan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga terus dilakukan. Juga didorong untuk mempercepat digitalisasi sistem pembayaran untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital, termasuk digitalisasi transaksi keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Lebih lanjut, Perry mengatakan keputusan mempertahankan suku bunga juga mempertimbangkan perlambatan situasi perekonomian global dan ketidakpastian pasar keuangan yang mulai mereda. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,0% pada tahun 2023, melambat menjadi 2,8% pada tahun 2024.

“Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India pada tahun 2023 akan lebih baik dari perkiraan awal, didorong oleh konsumsi rumah tangga dan ekspansi pemerintah. Sementara perekonomian Tiongkok sedang melemah dengan terbatasnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi,” ujarnya.

Ia menilai inflasi di negara maju, termasuk Amerika Serikat, memang sedang tren menurun, namun masih di atas target. Suku bunga kebijakan moneter, termasuk Federal Funds Rate (FFR), diproyeksikan mencapai puncaknya namun tetap tinggi untuk jangka waktu yang lama (tinggi bahkan lebih lama).

Baca Juga  AS Bawa Kabar Buruk: Rupee Rawan Koreksi Hari Ini!

Demikian pula dengan imbal hasil obligasi pemerintah di negara-negara maju, termasuk US Treasury, yang diproyeksikan cenderung lebih rendah namun tetap tinggi, sejalan dengan premi risiko jangka panjang (term premium) yang terkait dengan pendanaan fiskal. dan utang pemerintah.

“Kejelasan arah kebijakan moneter di negara-negara maju turut menyebabkan ketidakpastian di pasar keuangan global mulai mereda. Sehubungan dengan itu, arus modal kini sudah mulai kembali dan mengurangi tekanan pelemahan nilai tukar di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia,” tegasnya.

Dari dalam negeri, kondisi perekonomian yang juga menjadi pertimbangan dalam mempertahankan suku bunga acuan ini adalah konsumsi rumah tangga dan investasi yang terus tumbuh seiring dengan kepercayaan masyarakat dan terus diselesaikannya Proyek Strategis Nasional (PSN).

Perkembangan tersebut, kata dia, didukung oleh sejumlah indikator utama hingga Desember 2023 seperti kepercayaan konsumen, penjualan ritel, dan indeks manajer pembelian (PMI). Sementara itu, kinerja ekspor secara umum membaik seiring dengan meningkatnya permintaan dari beberapa mitra dagang utama seperti Amerika Serikat dan India.

“Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 berada pada kisaran 4,5-5,3%. Pada tahun 2024, konsumsi baik swasta maupun masyarakat serta investasi diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan kepercayaan masyarakat terhadap konsumsi yang masih menjadi faktor positif yang kuat. dampak pemilu dan “keberlanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN),” kata Perry.

Di sisi lain, Perry menegaskan, pada 20 Desember 2023, nilai tukar Rupee juga tercatat menguat rata-rata 0,44% dibandingkan peristiwa November 2023. Perkembangan tersebut membuat nilai tukar rupee menguat 0,37% dibandingkan level akhir Desember 2022, mengungguli peso Filipina, rupee India, dan baht Thailand yang tercatat masing-masing melemah 0,05%,53%, dan 0,85%.

Ia mengatakan, inflasi dalam negeri per November 2023 masih terkendali yakni sebesar 2,86% year-on-year, didorong oleh inflasi inti yang masih tetap rendah yakni sebesar 1,87% (year-on-year) sejalan dengan kebijakan suku bunga sekuensial dan stabilisasi nilai tukar rupiah. nilai tukar di Bank Indonesia. Inflasi harga yang diatur juga rendah yaitu sebesar 2,07% (y/y).

Baca Juga  Ketukan! BI rate tetap di 6%

Sementara itu, inflasi kelompok volafile food naik menjadi 7,59% (dibandingkan tahun lalu) karena faktor musiman yang mempengaruhi produksi sejumlah produk hortikultura. Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai risiko yang dapat mengganggu pengendalian inflasi, terutama terkait harga pangan,” kata Perry.

Ia meyakinkan BOI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan meningkatkan sinergi dengan pemerintah (pusat dan daerah) di bawah TPIP dan TPID dengan memperkuat GNPIP di berbagai daerah untuk memastikan inflasi terkendali di kisaran 2,5±1% pada tahun 2024.

Perry mengatakan, untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, RDG Desember juga memberikan berbagai langkah tambahan, antara lain stabilisasi nilai tukar rupee melalui intervensi pasar valuta asing pada transaksi spot, kontrak forward non-deliverable (DNDF) dalam negeri, dan surat berharga negara (SBN). . ) di pasar sekunder

Kemudian memperkuat strategi operasi moneter yang pro pasar untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, antara lain optimalisasi Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI), Surat Berharga Devisa Bank Indonesia (SVBI) dan Surat Berharga Devisa Bank Indonesia (SUBI).

Kebijakan transparansi mengenai suku bunga dasar pinjaman (SBDK) juga diperkuat dengan fokus pada suku bunga pinjaman berdasarkan sektor ekonomi. Seiring dengan keputusan percepatan digitalisasi sistem pembayaran dan peningkatan kerja sama antar negara untuk meningkatkan volume transaksi dan mendorong inklusi ekonomi keuangan digital (EKD).

Secara khusus, akselerasi digital dicapai dengan memperluas adopsi QRIS dengan menetapkan target penggunaan QRIS sebanyak 55 juta pengguna pada tahun 2024; menetapkan target volume transaksi QRIS sebesar 2,5 miliar transaksi pada tahun 2024; dan memperkuat strategi implementasi QRIS lintas negara untuk mempercepat adopsi transaksi.

Langkah-langkah juga dilakukan untuk memperkuat adopsi Kartu Kredit Indonesia (KKI) segmen pemerintah dengan mengembangkan fungsi pembayaran online KKI, serta memperluas sosialisasi, koordinasi dan pemantauan yang lebih intensif.

Terakhir, meningkatkan kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas negara mitra, khususnya melalui QRIS antar negara dan transaksi mata uang lokal (LCT), serta mendorong investasi, perdagangan, dan pariwisata di sektor-sektor prioritas yang bekerja sama dengan instansi terkait, kata He. Perry.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel selanjutnya

Penampakan kontainer dan karton berisi uang baru 10 juta

(haa/haa)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *