Apakah The Fed semakin longgar? Rupiah semakin menjauh dari angka Rp 16.000.

Uncategorized127 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar AS dan menjauh dari level Rp 16.000 per dolar AS menyusul sinyal dari bank sentral AS (Fed) yang dinilai kurang agresif.

Laporan dari Refinitifrupiah ditutup pada Rp 15.850 per dolar AS menguat 0,50%. Berbeda dengan penutupan kemarin (11/1/2023) yang ditutup turun 0,31%. Posisi saat ini juga menjadi yang terkuat sejak 24 Oktober 2023.

Sedangkan Indeks Dolar Amerika (DXY) pada pukul 14.59 WIB melemah 0,45% menjadi 106,40. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (11/1/2023) yang berada di 106,88.



The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (11 Februari 2023) untuk kedua kalinya dalam dua pertemuan terakhirnya. Terakhir kali The Fed menaikkan suku bunga adalah pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 25 Juli 2023. Keputusan mempertahankan suku bunga juga sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.

Dalam keterangan resminya, The Fed menyampaikan bahwa indikator terkini menunjukkan aktivitas ekonomi di AS akan tetap kuat pada kuartal III-2023, namun data tenaga kerja mengalami perubahan moderat meski masih dalam fase kuat. Pengangguran juga masih rendah dan inflasi masih tinggi.

Pernyataan The Fed sedikit berubah dari bulan September, ketika mereka mengatakan pertumbuhan ekonomi AS “kuat” dan data ketenagakerjaan “melambat namun masih dalam fase kuat.” pada triwulan III tahun 2023 dari 2,1% pada triwulan II tahun 2023. Tingkat pengangguran pada bulan September sebesar 3,8%.

“Komite tetap menetapkan target inflasi pada kisaran 2%. Dalam menetapkan kebijakan moneter, Komite akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari pengetatan moneter, konsekuensi perekonomian, dan perkembangan sektor keuangan,” tulis The Fed dalam pernyataannya. .

Baca Juga  Sentul City melepaskan seluruh hak kepemilikan di CITY

Ketua Fed Jerome Powell mengingatkan bahwa The Fed belum mengambil keputusan apa pun terkait suku bunga untuk Desember tahun depan. Semua keputusan akan sangat bergantung pada perkembangan data.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai penguatan tersebut tidak lepas dari situasi di Amerika Serikat. The Fed mempertahankan suku bunga acuannya dan mengisyaratkan bahwa kebijakan tersebut tidak seketat sebelumnya.

“Pasar meyakini nada The Fed pada pertemuan FOMC secara umum kurang hawkish dari perkiraan dan mendorong pelemahan dolar AS serta mendukung penurunan imbal hasil UST,” ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (11 Februari 2023). ).

Meski rupiah ditutup menguat hari ini, ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunnarto mengingatkan nilai tukar rupiah ke depan masih akan bergejolak, mengingat The Fed masih ingin mengendalikan inflasi sesuai targetnya sebesar 2%. Oleh karena itu, menurut dia, penguatan rupee masih bersifat jangka pendek.

“Jadi mereka akan terus menunggu berbagai data di AS, khususnya data inflasi dan ketenagakerjaan,” ujarnya. “Volatilitas dalam jangka pendek masih akan terlihat, arah investasi khususnya di pasar keuangan masih bersifat teknikal dengan orientasi jangka pendek,” tambah Myrdal.

RISET CNBC INDONESIA

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]

Artikel selanjutnya

Inilah harga beli dan jual nilai tukar rupee di kantor tukar.

(v/v)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *